Yang Belum Usai
- dam dam
- Mar 15, 2022
- 1 min read
Updated: Jul 9, 2022
Ada begitu banyak goresan bekas luka yang tak tampak. Disadari ataupun tidak, luka itu pernah ada. Meninggalkan jejak dengan banyak tanya "kenapa?". Entah mungkin karena sudah terlalu lama ia menetap, yang sebagiannya sudah ada sejak usia kanak-kanak. Sehingga beberapa memori terlalu buram untuk diterka. Bahkan sebagiannya lupa, hilang seperti tak pernah ada. Atau tertumpuk oleh memori setelahnya. Karena sejak beranjak dewasa, terlalu banyak hal yang dirasa penting untuk dipikirkan. Tanggung jawab pun kian besar. Dan kita sibuk untuk melebarkan pundak.
Kadang, beberapa hal biasa menjadi alasan tanpa sebab menggores dada. Padahal luka tak seberapa, namun rasanya begitu menyakitkan. Seolah ia mendarat di tempat yang sebelumnya pernah ada luka.
"Kenapa?"
Kita selalu bertanya meski belum juga menemukan jawabnya. Yang kita bisa hanya menerka-nerka. Padahal itu belum tentu menjadi penyebabnya. "Kemana lagi harus mencari jawabannya?"
Kita mencoba menelisik kedalam diri. Berharap menemukan ingatan itu kembali. Ingatan senang, sedih, maupun yang terasa pahit terus digali. Tetapi pada akhirnya yang dijadikan biang keladi adalah keadaan dan orang-orang yang kita kenali.
"Aku menjadi seperti ini karena mereka", umpat dalam hati.
Kita pun kembali meratapi hal-hal yang sudah berlalu. Karena tak mungkin kembali ke masa itu ataupun mengungkit kembali pada orang-orang yang terlibat di masa lalu. Ketidak mampuan akan hal itu kadang mendorong kita mencari jalan lain sebagai pelampiasan. Dan yang termudah adalah menyalahkan takdir.
Semakin rusak dan terpuruklah jiwa akan hal-hal di masa lalu yang belum juga usai.
Comments