Kamu Tetap Kamu
- dam dam
- Mar 2, 2022
- 1 min read
Media sosial tidak hanya menyajikan ruang untuk sebuah percakapan. Pada bagian lain ia beralih menjadi ajang untuk unjuk diri dan mengekspresikan diri. Namun ada juga yang menjadikannya ladang untuk membuka usaha mandiri. Tetapi yang banyak orang gandrungi justru ada pada kalimat kedua. Tak jarang pemilik akun merasa adiktif dengan media sosial mereka. Kepo, berkomentar sana-sini tanpa difilter. Informasi apa saja yang lewat akan diserapnya. Kemudian tanpa sadar otak dipenuhi dengan informasi-informasi yang sebenarnya tidak penting.
Karena acaknya informasi ini, kadang kita menemukan hal-hal yang dapat memicu emosi. Apa yang sebenarnya biasa, direspon berlebihan atau berkebalikan. Orang lain dibandingkannya dengan diri sendiri. Sibuk menuduh sana-sini tanpa tahu bukti. Bukankah lelah rasanya jika terus begini?
Niat dalam hati manusia memang tidak dapat diketahui secara pasti. Terkadang apa yang ditunjukan tidak selalu apa yang dimaksudkan, bisa jadi itu sebaliknya. Berusaha memuaskan semuanya, itu tidaklah mungkin. Diammu dan bicaramu akan selalu menemukan salah di mata manusia. Ya, mata manusia memang seperti itu. Karena ia hanya dimaksudkan untuk melihat yang lahir saja.
Kamu membantu ataupun mengabaikan, saat bertemu dengan seseorang yang tak suka akan sama saja. Begitupun pertemuan dengan orang-orang yang menyukaimu. Bedanya hanya ada pada bagaimana cara mereka memahamimu. Perasaan senang karena disukai atau sedih karena dibenci tentu ada. Dan keduanya akan menjadi bagian warna yang akan menghiasi lika-liku kehidupanmu. Meski pada akhirnya itu akan menjadi bayangan. Kamu tetaplah kamu. Bagaimana dan seperti apa dirimu adalah bagaimana Allah melihat dan menilaimu.
Disanjung ataupun dihinakan tidak akan meninggikanmu ataupun menjatuhkanmu. Kamu akan tetap sama seperti bagaimana Allah melihat dan menilaimu.
Comments