Dialog Logika dan Perasaan.
- dam dam
- Feb 23, 2022
- 1 min read
Apakah kamu adalah orang yang suka diam? Atau minimal pernah diam?
Seperti apakah diam-mu? Apakah hanya sekadar tidak bersuara, tidak bergerak, atau tidak berbuat (berusaha) apa-apa?
Secara fisik mungkin iya, tetapi bisa jadi tidak dengan pikiranmu ataupun dengan hatimu. Kamu mungkin sedang memikirkan sesuatu atau sedang berusaha mengendalikan sesuatu yang bergejolak dalam dirimu. Saat kedua hal tersebut sedang terjadi, siapakah yang kira-kira akan menang? pikiran dengan logikanya ataukah hati dengan perasaannya?
Namun dilain sisi, kamu berharap keduanya dapat bekerjasama dengan baik. Berjalan beriringan, bahkan saling mendukung satu sama lain untuk menguatkan, menemukan sebuah solusi, atau inspirasi. Disaat itu terkadang ego turut serta dalam perundingan. Bukan malah menengahi, tetapi justru memperumit situasi yang memanggil berbagai macam emosi. Sehingga kamu mengambil keputusan bukan dengan kebijaksanaan, tetapi dengan nafsu keegoisan.
Pikiran dan hati bukan tidak bisa disatukan. Mereka memang berbeda karena memiliki peran masing-masing. Saat hati kurang yakin, pikiran dapat mencari berbagai alasan untuk menguatkan. Begitupun sebaliknya, saat pikiran tak kunjung menemukan jawaban, hati akan berusaha untuk meyakinkan. Ingat bahwa di dunia ini ada hal-hal yang tidak kita ketahui dan tidak kita mengerti. Mungkin saja bukan saat ini, tetapi nanti. Begitulah bagaimana pikiran dan hati saling bekerjasama satu sama lain. Barulah kita bisa lebih bijaksana. Dengan catatan aturan benar dan salah, baik dan buruk, yang telah Allah tetapkan menjadi sandaran. Saat hal tersebut kita terapkan, keadilan akan terbentuk secara bersamaan. Karena standar tersebut hanya dimiliki oleh Allah. Kita sebagai manusia hanya perlu mematuhi dan menjalankannya.
Sebuah catatan:
Karena kemanapun pikiran dan hati kita memutuskan, akan selalu ada Allah di ujung setiap keputusan.
Comments