Benarkan Semakin Banyak Membaca Membuat Kita Cerdas?
- dam dam
- Mar 4, 2022
- 2 min read
Saya pernah membaca sebuah tulisan yang berjudul "Banyak Membaca Belum Tentu Mencerdaskan" yang ditulis oleh Muhammad Fauzil Adhim. Saya menemukan tulisan ini di media sosial beberapa tahun yang lalu. Menurut saya, tulisan beliau ini sangat bagus dan berbobot. Ada kesan yang mendalam yang sampai saat ini masih berusaha saya lakukan setelah membaca tulisan beliau.
Dari judul yang saya sebutkan diatas, kamu mungkin sudah bisa menebak gambaran umum tulisan beliau membahas tentang apa. Tetapi meskipun begitu saya akan sedikit memberikan insight dari apa yang saya pahami setelah membaca tulisan beliau.
Tentu ada alasan dibalik beliau menulis tentang "Banyak Membaca Belum Tentu Mencerdaskan". Ilmu dan pengetahuan memang bisa diperoleh melalui membaca. Tetapi jika apa yang dibaca tidak berisi ilmu, hal itu tidak menjadikan kita semakin cerdas. Sekadar membaca banyak tidak menjadikan pemahaman semakin matang, ilmunya mendalam, ataupun luas wawasannya. Justru sebaliknya, kita akan menjadi semakin bingung, mendangkalkan pengetahuan, malas berpikir, dan sulit mengkaitkan satu informasi dengan informasi lainnya. Sehingga pemahaman yang kita peroleh menjadi lemah dan rapuh.
Dewasa ini, kita dibanjiri oleh berbagai informasi melalui membaca. Jika apa yang dibaca tidak diketahui sumbernya (tidak jelas) maka akan sulit memperoleh pemahaman. Kita tidak dapat membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi. Realitas atau hoax. Inilah yang disebut Data Smog (kotoran data). Kita menjadi sulit perpikir dan tidak betah lama-lama mencerna suatu bacaan.
Salah satu kebiasaan yang penting ketika membaca adalah mencerna isi bacaan secara mendalam. Membaca tulisan dengan seksama, tartil, dan tidak tergesa-gesa. Kita bisa menulis catatan pinggir saat membaca, bisa berupa komentar, kesimpulan, ataupun poin penting dalam buku tersebut. Selain itu, kita juga bisa menulis ringkasan dari apa yang sudah dibaca. Hal ini dapat melihat seberapa jauh kita memahami apa yang sudah kita baca. Sebenarnya aktivitas ini merupakan tradisi para ulama terdahulu yang sangat berharga. Karena membaca cepat berbeda dengan membaca secara mendalam. Dan ini yang masih saya belajar berproses melakukannya.
Memangnya salah membaca cepat?
Tidak salah juga, hanya saja membaca cepat sangat rawan untuk kita dapat melewatkan informasi ataupun pemahaman yang keliru, sehingga pemahaman yang terbentuk belum matang. Membaca cepat dapat dilakukan untuk sesuatu yang sifatnya hanya berisi informasi umum, atau untuk menyegarkan kembali ingatan terhadap buku atau tulisan yang sudah akrab.
Comments