Sebuah Ironi
- dam dam
- Oct 29, 2022
- 1 min read
Kemelut dalam agama ini, sering kali bukan karena kredibilitas agama yang dipertanyakan karena modernitas tetapi karena penafsiran yaitu buah pemikiran manusia yang tak lagi menemukan ibrah atau cahaya dari pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan tidak membantunya menemukan jalan keluar tetapi menuntunnya ke jalan yang sukar.
Pengetahuan yang seharusnya membuat manusia bisa lebih bijaksana, digunakan untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menghalalkan segala cara. Membuat masalah untuk menjual solusi. Orang awam pun dibodoh-bodohi. Diabaikanlah masalah yang sedang terjadi. Hadirnya bukan menjadi solusi tetapi menambah masalah lagi. Namanya juga mencari keuntungan pribadi.
Ada orang yang menjadikan berita hanya untuk mencari sensasi atau menjadi alat untuk menutup-nutupi masalah lainnya yang sedang terjadi. Ketika orang menyuarakan kritik, balik menuntut dengan undang-undang pencemaran nama baik, atau dijawab dengan klarifikasi dan permintaan maaf secara pribadi.
Pemuda pemudi dicekoki fantasi. Maksud untuk realistis tetapi berubah menjadi matrealistis. Maksud untuk mawas diri agar bisa lebih peduli terhadap diri menjadi selalu aku yang harus ada di nomor satu. Entah karena terlalu berlebihan, salah penafsiran atau tidak tahu cara mempraktikkan. Tak heran banyak darinya lahir sifat apatis dan egois.
Sebuah ironi yang terjadi sekarang ini, di negeri yang gemah ripah loh jinawi.
Akankah menuju tragedi? Ataukah titik balik menuju peradaban yang lebih berbudi?
Comments