top of page

Proses Belajar Yang Tidak Mudah Dilakukan Di Zaman Sekarang

Sepertinya hampir semua orang sepakat bahwa belajar adalah sesuatu yang sangat peniting. Bagaimana cara belajarnya itu yang setiap orang memiliki style yang berbeda-beda. Namun ada hal-hal yang tidak mudah dilakukan dalam menjalani proses belajar, apalagi di zaman yang serba cepat dan mudah saat ini. Beberapa diantaranya adalah:


1. Malas mencatat.

Saat ini banyak sekali salinan digital baik dalam bentuk e-book maupun video untuk belajar di internet. Apalagi jika guru sudah membuat materi power point untuk bahan ajar, siswa/siswi hanya copy-paste kemudian share dan save (jangan lupa tekan tombol subscribe dan loncengnya ya). Hal ini menjadi salah satu penyebab kita jarang sekali mencatat, entah di buku tulis ataupun melalui media ketik. Sejujurnya ini juga terjadi ketika saya duduk di bbanggku kuliah. Saya hanya menggunakan 1 buku binder yang saya gunakan untuk buku catatan saya selama kuliah dan itu bisa diisi ulang. Buku tambahan hanya untuk buku tugas, itupun tidak semua mata kuliah mengunakan buku tugas. Padahal kita ketahui bahwa menulis adalah cara untuk menengikat ilmu.


Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja. – Imam Asy Syafi’i

2. Tidak sabar.

Sudah berapa banyak metode yang dicoba agar bisa cepat bisa dalam belajar?

Tidak salah memang ketika kita menggunakan banyak metode yang digunakan dalam proses belajar, namanya juga usaha, jadi sah-sah saja. Yang menjadi salah adalah ketika kita tidak berkaca kedalam diri kita sendiri. Bisa jadi memang proses kita dalam memahami sesuatu hal punya waktu yang tidak sebentar. Alih-alih introspeksi, yang disalahkan metode belajarnya. Atau bisa jadi diri kita yang tidak mau membuka diri terhadap ilmu tersebut.

Melihat status pertemanan di media sosial menambah iri dengan pencapaian-pencapaian orang lain. Sehingga kita sering mempertanyakan, “Aku bisa apa?”, “Orang lain sudah bisa ABCD, aku?”

Hal itu tanpa sadar juga memicu diri kita yang ingin cepat serba bisa banyak hal. Kadang kita juga lupa mencari tahu lebih dalam tentang suatu ilmu yang berasal dari sumber-sumber lain. Selama menemukan satu sumber, kita gunakan sumber tersebut tanpa melalui pengecekan terlebih dahulu dari sumber-sumber lainnya yang bisa jadi lebih terpercaya. Ini bisa menimbuklkan kesalahan dalam memaknai suatu ilmu.

Persoalan semacam ini yang dapat terjadi ketika tidak sabar dalam menuntut Ilmu. Alhasil yang diperoleh hanya sekadar hapal tulisan dan tidak sampai pada pemaknaan bahkan bisa berujung kepada menyesatkan diri sendiri maupun orang lain.


3. Jarang mengulang/murojaah.

Karena kita sudah punya soft-copy dokumennya, kita jarang sekali murojaah. Kalaupun dibuka, ketika dibutuhkan saja. Jika tidak dibutuhkan, tidak akan dibuka atau dibaca kembali barang sedikitpun. Bahkan bisa jadi kita sudah lupa bahwa kita memiliki dokumen tersebut. Memory penuh dengan dokumen-dokumen digital yang jarang sekali kita baca. Kalaupun hilang, kita tidak merasa khawatir, karena kita merasa bisa men-download ulang dokumen-dokumen tersebut di internet. Kita tidak lagi menyimpan ilmu dalam pikiran kita, tetapi kita menyimpan ilmu di computer, hardisk, dan cloud. Majunya teknologi memang baik, tapi jangan lupa di murojaah ilmu yang diperoleh. Karena ilmu yang ada dalam pikiran kita, yang kita ingat, dapat kita gunakan sebagai petunjuk dan panduan menjalani kehidupan, baik dalam pekerjaan maupun sehari-hari sehingga lebih terasa manfaatnya.


4. Tidak mudah berlama-lama dalam belajar.

5. Mudah terdistraksi.

Komentar


bottom of page