Napas dan Stress
- dam dam
- Oct 27, 2022
- 3 min read
Updated: Nov 5, 2022
Ade Rai, salah satu binaragawan Indonesia yang namanya cukup terkenal. Di usianya yang kini sudah menginjak angka 50-an, masih saja terlihat segar. Setelah pensiun sebagai atlet, beliau memiliki beberapa bisnis di bidang makanan, klub fitness dan pusat kebugaran di Jakarta. Beliau juga aktif di media sosial, salah satunya YouTube dengan nama channel “Dunia Ade Rai”. Isi konten-kontennya tentu membahas mengenai seputar kesehatan dan kebugaran tubuh.
Salah satu videonya yang membuat saya tertarik berjudul “BUNCIT HILANG HANYA DENGAN ATUR NAFAS”. Dari judulnya saja sudah menarik bukan?
Dalam video tersebut, Ade Rai menjelaskan bahwa “buncit” berasal dari kompilasi dari perilaku kita yang terakumulasi yaitu gerak badan (olahraga), gerak mulut (pengaturan pola makan), dan gerak napas. Gerak napas inilah yang dibahas dalam video tersebut.
Problem napas kita pada umumnya cenderung diakibatkan oleh stress respond yang ditandai dengan napas pendek dan cepat. Hal ini mempengaruhi hormon-hormon utama yang ada dalam tubuh seperti hormon Kortisol (hormon stress) dan Insulin (fat storage hormone). Terganggunya kedua hormon ini dapat menyebabkan obesitas dan beberapa penyakit lainnya. Begitulah jika stress dijadikan sebagai life style kehidupan kita.
Tubuh kita itu cerdas. Jika terjadi stress, ia dapat menyesuaikan diri secara fisiologis untuk mencari alokasi sumber daya lain, yaitu gula. Gula dapat diproduksi sendiri oleh insulin atau diperoleh dari luar (makanan). Makanya orang yang sedang stress biasanya mendadak jadi foodie.
Selain berasal dari permasalahan yang benar-benar riil terjadi, stress dapat diciptakan dari pemikiran sendiri, bahkan dapat terjadi karena kurangnya gerak tubuh. Namun kebanyakan hari ini, stress justru terjadi karena kebiasaan sehari-hari kita yang kurang baik, sehingga tanpa sadar diri kita sendiri lah yang membuat kita stress.
Saat stress terjadi biasanya adrenalin meningkat, napas menjadi pendek, detak jantung meningkadan tekanan darah tinggi. Sedangkan ketika tubuh kita relax, pernapasan kita cenderung lancar, metabolisme baik, sistem reproduksi optimal, sistem imun meningkat dan ketika terjadi cidera proses penyembuhannya pun akan lebih cepat.
The movement of our thought is the movement of our breath.
Ketika sedang dihadapkan dengan stress napas kita menjadi pendek dan cepat, sedangkan ketika relax napas kita menjadi lebih panjang dan pelan. Analoginya jika ada 2 kendaraan, yang satu dikemudikan 20 km per hari, sedangkan yang lainnya dikemudikan 6 km per hari, maka 10 tahun kemudian kendaraan mana yang masih bagus dan bisa dipakai? Logiknya tentu kendaraan kedua yang hanya digunakan 6 km per hari. Begitu juga dengan keadaan napas kita jika sering mengalami stress. Maka napas kita tergantung bagaimana pemikiran kita.
Otak kita memang bekerja secara dinamis, dan ini bergantung dari signal. Signal ini 90% berasal dari movement. Otak kita akan berkembang jika signal-signal itu di stimulus oleh aktifitas-aktfitas tertentu (dilatih), sehingga nantinya akan membentuk jaringan-jaringan syaraf baru (new neural pathway) yaitu new synapsis, new connection dan new brain cell. Jika dilatih dengan sesuatu yang positif kemudian menjadi kebiasaan, maka cara pandang kita pun akan berubah menjadi lebih positif. Jika pemikiran positif maka relax respond akan lebih mendominasi daripada stress respond.
Bagaimana cara agar relax respond menjadi kebiasaan kita? Yaitu dengan melatih pernafasan kita agar lebih panjang, pelan dan dalam. Cara-caranya banyak, diantaranya berolahraga, berkesenian, berzikir, mengaji, berdo’a, dan berbagai aktifitas yang membuat relax. Makanya terkadang jika kita sebagai orang muslim memiliki masalah atau stress diajurkan untuk berdo’a, sholat, bahkan mengaji. Hal itulah yang menguatkan dan membatu diri kita untuk lebih tenang dalam menghadapi permasalahan. Sebagai seorang muslim, yang jika aktifitasnya dilakukan sesuai dengan perintah Allah, akan sedikit sekali mengalami stress yang berkepanjangan. Karena kita secara tidak sadar dilatih dan terbiasa melakukan aktifitas-aktifitas tersebut.
Inilah yang membuat saya begitu terpukau dengan Islam. Bagimana tidak, ambil contoh mengaji. Saat mengaji Al Qur’an kita diminta untuk membacanya dengan perlahan dan tidak terburu-buru karena ingin cepat selesai atau cepat hafal. Bahkan dalam prosesnya, satu kali tarikan napas digunakan untuk mengaji sebanyak 1 ayat, lebih boleh. Napas kita setiap hari dilatih saat proses mengaji. Karenanya hal itulah ternyata yang menjadi salah satu perantara penyebab tenangnya diri kita setiap selesai megaji dan jarang mengalami stress.
Comments