Mulanya Merantau
- dam dam
- Nov 4, 2022
- 2 min read
Updated: Nov 5, 2022
Menjadi anak rantau, entah kapan terpikirkan, bahakan mungkin tidak di planning sama sekali. Yang pasti hal itu mulai terjadi ketika SMA. Jarak dari rumah ke kota tempat sekolah memang tidak terlalu jauh, tetapi tidak terlalu dekat juga. Saat itu masih tahun pertama. Belajar hidup jauh dari orang tua, mulanya belum terbiasa. Satu pekan sekali pulang ke rumah, namun akhirnya hanya bertahan sampai tahun pertama saja. Kemudian di tahun kedua, mulai diizinkan membawa motor sendiri. Tetapi di tahun ketiga berhenti karena saat itu gejala bronkitis terdiagnosa. Akhirnya mencoba kos kembali dan bertahan selama 6 bulan.
Menuju semester akhir masa SMA, pergi ke sekolah menjadi rutinitas Bapak untuk mengantar jemput. Karena saat itu masih proses pemulihan sedangkan aktifitas belajar semakin padat ditambah beberapa les untuk persiapan Ujian Nasional. Pagi, sore, malam, terang, dan hujan, Bapak selalu menjeput tepat waktu.
Masa kuliah merantau kembali. Karena jarak yang jauh berada di luar provinsi. Setiap merantau, Bapak pun selalu mengingatkan untuk menjaga diri dan nama baik keluarga. Belajar bersungguh-sungguh. Solat jangan ditinggalkan. Jaga selalu kesehatan. Begitulah pesan Bapak.
Menjadi anak yang baik dan solihah adalah sebuah keharusan. Tidak hanya menjadi anak, tapi juga menjadi seseorang, menjadi istri, menjadi ibu yang baik dan salihah. Hal itu mungkin tidak mudah, tapi bisa dilakukan dengan berproses. Seperti Bapak yang mengajarkan hal tentang merantau.
Anak rantau itu mulanya mungkin sendiri. Tetapi disana ia akan menemukan keluarga baru, teman baru, dan lingkungan baru. Bagaimana ia menjaga dirinya adalah prinsip yang harus dipegang. Usahakan untuk tidak merepotkan orang lain. Jika bisa dilakukan sendiri, kerjakan saja sendiri. Makan tidak pilih-pilih, yang penting halal, sehat dan bergizi. Kalau tubuh merasa mulai tidak enak badan, langsung istirahat, minum yang banyak, makan yang banyak, tidak enak pun paksakan. Kata Bapak yang bikin sehat itu makan.
Di tempat rantau jangan sampai kelaparan. Harus bisa mengatur uang bulanan. Beli sesuatu yang perlu-perlu saja. Jangan beli hanya karena ingin. Kalau masih ada alternatif lain yang tidak perlu beli, pilihlah jalan alternatif. Gunakan uang untuk hal-hal primer dan urgent saja. Jangan keluar untuk sesuatu yang tidak penting, karena itu bisa mengeluarkan biaya. Tak heran jarang nongkrong diluar keperluan kuliah. Mungkin agak membosankan terlihatnya, tapi sebenarnya tidak juga. Kenapa? Karena banyak alternatif kegiatan di kampus untuk mengisi waktu luang, bahkan sampai overtime. Ya, tepat sekali. Mengikuti banyak kegiatan dan organisasi kampus cukup membuat senang. Bisa mengobrol sambil mengerjakan banyak project. Jadi memang berorganisasi bisa menjadi waktu untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-teman lain yang lebih bermanfaat.
Comments