Menyalahkan

Saya pernah mengikuti beberapa organisasi atau komunitas, dan tak jarang didalamnya akan muncul beberapa konflik-konflik. Baik karena perbedaan pendapat, kesalah pahaman dalam memaknai atau membaca perilaku dan perkataan, dan lain-lain. Begitulah dinamika berorganisasi, karena orang-orang yang mengisinya memiliki pemikiran/perspektif yang berbeda-beda. Padahal bisa jadi tujuannya sama, namun jalan atau caranya saja yang berbeda. Namun jangan lupa bahwa manusia itu juga memiliki ego yang terkadang kuat dan dominan di waktu atau situasi tertentu. Hal itulah yang terkadang menyebabkan konflik berkepanjangan dan tiada habisnya jika masing-masing egonya didahulukan. Jika pemikirannya diterapkan dan berjalan lancer, senang dan banggalah dirinya. Namun jika ada suatu kesalahan, dicarilah sebab kesalahan itu diluar.

Memang ketika dihadapkan dengan sesuatu yang menyenangkan, sering kali yang pertama dipikirkan adalah tentang diri kita sendiri. Lain halnya ketika bertemu dengan sesuatu hal yang tidak menyenangkan, diri kita sering mencari keluar untuk menemukan dalang atas apa yang terjadi atau dirasakan. Menyalahkan orang lain itu mudah. Namun mau mengakui kesalahan diri sendiri, tidak semua orang bisa melakukannya.

Mencari sebab kesalahan yang terjadi memang baik. Namun jika menyalahkan apalagi kepada seseorang yang ternyata tidak ada hubungannya dengan permasalahan, itu lain cerita. Mencari sebab kesalahan adalah untuk mencari dan mendapatkan solusi yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan, bukan untuk mencari kambing hitam. Karena jika hanya mencari kambing hitam, kita tidak akan pernah belajar dan menyesaikan permasalahan dengan baik.

Pun sama halnya ketika kita tidak tahu permasalahan dalam diri disebabkan oleh apa. Alih-alih bertumbuh, sebaliknya justru menyebabkan diri kita terjebak dalam lumpur tanpa bisa bergerak kemana-mana. Kalua bahasa lainnya gagal move on. Hal itu juga salah satu bentuk ketidak dewasaan diri karena belum mampu bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan.