top of page

Memupuk Rasa Cinta

Salah satu hal dari banyak pelajaran yang bisa diambil ketika aku tengah selesai membaca Novel karya Habiburrahman El Shirazy berjudul Ketika Cinta Bertasbih 1 yaitu perkataan dari Ibnu Athahillah tentang Rasa Cinta. Meski kutahu sudah banyak orang yang rampung membaca novelnya bahkan sampai khatam melihat filmnya, pembahasan ini mungkin akan sedikit membosankan. Tapi biarlah, karena setiap orang punya insight dan pemahaman yang berbeda-beda. Begitupun denganku.


Perkataan Ibnu Athahillah


La yukhriju syahwata illa khaufun muz'ijun aw syauqun muqlinun! Artinya tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasta takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana!

Hampir semua orang yg jatuh cinta merasakan kegelisahan, rasa rindu yang tiada bisa dibendung, kecemburuan, tiada penerimaan yg tidak sesuai harapan. Dan perasaan2 itu hanya bisa diusir jika memiliki dua hal.


Pertama, rasa cinta pada Allah yang menggetarkan hati. Sehingga ketika yang ada dihatimu adalah Allah, yang lain dengan sendirinya akan menjadi kecil dan terusir.


Kedua, rasa rindu kepada Allah yang dahsyat sampai hatimu merasa merana. Jika rasa merana kepada Allah itu kuat, kamu tidak akan merana karena rindu kepada yang lain. Jika kamu sudah sibuk memikirkan Allah, maka kamu tidak akan sibuk memikirkan yang lain.


Hati yang miskin cinta dan rindu kepada Allah, maka akan dijajah oleh cinta dan rindu kepada yang lain.

Perkataan dan penjelasan itu begitu dalam dan bermakna. Apalagi jika dihadapkan dengan seseorang yang memiliki persoalan yang sama. Begitupun denganku sebagai seorang manusia. Yang tiada memiliki kuasa. Apalagi soal memilih untuk mencinta. Ia bagaikan ranum bunga yang tiada seorangpun bisa menolaknya. Kita manusia hanya bisa menerima, kemudian mencoba mengendalikannya. Sebagai suatu ujian cinta. Apakah benar ia (cinta) yang dititipkanNya bisa menggoyah Iman yang hanya ditujukan kepadaNya ?


Aku sedang berusaha mencoba. Menghadapi rasa cinta sebagai ujian dariNya. Maka aku meminta padaNya, agar rasa cinta itu tak mengalahkan rasa cintaku untukNya. Hingga nyata bahwa singgasana hati benar-benar diduduki olehNya.


Kumulai memupuk rasa, menenggelamkan cinta selainNya untuk diabaikan. Kucoba fokus terhadap pelajaran, menata diri, kegiatan, juga buku-buku. Selain untuk memperoleh ilmu juga sebagai jalan Dakwahku. Menjadi sebenar-benar HambaNya yang bisa dibanggakan. Sungguh aku ingin.


Namun diri tetaplah manusia. Sifat lemah akan selalu menempel pada dirinya. Semoga dengan itu kesadaranku semakin bertambah. Bahwa aku memang benar-benar membutuhkanNya. Bahwa aku memang benar-benar sangat bergantung padaNya. Tiada berdaya aku tanpaNya. Dan semua kebaikanku hanyalah pemberian atas Maha Rahman dan RahimNya.


Kumulai kembali. Menata hati. Menata diri. Menjadi hamba yang benar-benar mengabdi pada Ilahi dengan sepenuh-penuh hati.


Maaf jika sebelumnya telah berlebihan. Bahkan melampaui batas dalam rasa cinta. Jika perlahan mulai berbeda. Bukan berarti mengubah cinta menjadi benci. Karena aku tak ingin rasa cinta yang telah Allah beri, aku nodai. Berharap selalu cinta itu menambah ketaatan dan keimanan. Bukan kesengsaraan dan kedzoliman, apalagi pengkhianatan kepada Tuhan.



Comments


bottom of page