top of page

Manusia Berdaya

Updated: Nov 11, 2022

Menjadi berdaya bukan hanya tugas laki-laki ataupun perempuan saja. Berdaya adalah salah satu tugas semua manusia yang dibekali akal dan kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan bumi ini dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya bagi dirinya sendiri namun juga bagi yang lainnya, seluruh penghuni bumi. Darinya adalah buah dari ketaatan kepada Allah, Sang Maha Pencipta.


Manusia memang diberikan pilihan dalam menentukan kemana ia akan berjalan, dan bagaimana ia dapat memanfaatkan semua hal yang telah Allah berikan. Demikian dengan keinginannya sendiri. Tetapi alangkah buruknya ketika kemampuan yang Allah berikan kepada kita tidak dimanfaatkan, disia-siakan, atau memilih untuk menjadikannya alat yang menuntun dirinya ke jurang. Sangat merugi sekali manusia seperti ini.


Sebuah pilihan yang diharuskan bukan karena keterpaksaan, sejatinya. Karena keterpaksaan muncul akibat dari keinginan/kehendak lain yang ada dalam diri manusia. Padahal dalam perintahNya, kita sebagai ciptaanNya diminta untuk tunduk ta’at kepadaNya. Disitulah ujian yang sebenarnya, karena Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Saat kamu dihadapkan dengan nafsu tetapi kamu lebih memilih untuk patuh terhadap perintahNya. Mengutip dari Rudyard Kipling, seorang penyair Inggris, mengatakan, “Apabila engkau telah sanggup mengekang nafsumu, tahan saat semua orang telah tertarik oleh syahwatnya”.



Jika setiap individu berdaya, maka keluarga akan berdaya. Jika keluarga berdaya terbentuklah masyarakat yang berdaya, dan ketika masyarakat berdaya maka sebuah negara menjadi berdaya.


Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S Al Isra’: 70)


Menjadikan manusia yang berdaya tercermin juga dalam cita-cita Khalifah Umar bin Khattab r.a.. Saat berkumpul dalam satu ruangan, Khalifah Umar r.a. pernah bertanya, “Apa cita-cita kalian?”


Salah seorang diantaranya menjawab, "Saya bercita-cita memiliki emas, zamrud, dan intan berlian sepenuh rumahku. Jika keadaannya demikian, niscaya aku dapat berinfak di jalan Allah. Juga akan saya gunakan untuk menolong umat Islam yang sangat kekurangan".


Sahabat lainnya menjawab, "Aku ingin memiliki uang sepenuh rumahku agar dapat membela agama Allah dan membantu fakir miskin. Juga akan kugunakan untuk menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi".


Mendengar semua itu, Khalifah Umar r.a. terdiam sejenak. Kemudian ia berkata, "Cita-citaku sangat berlainan dengan cita-cita kalian. Saya bercita-cita tampilnya kembali orang-orang seperti Abu Ubaidah, Mu'adz bin Jabal, dan Salim budak Hudzaifah. Niscaya saya akan meminta bantuan mereka guna menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini. Saya tertarik dengan jiwa mereka karena mereka adalah sosok manusia beriman, bertakwa, jujur, dan sangat wara'. Mereka juga pemimpin yang sangat peduli terhadap nasib umat dan bangsanya pada masa depan. Mereka sangat amanah akan tugas dan jabatan yang mereka emban".


Keinginan Khalifah Umar bin Khattab r.a adalah memilki SDM yang baik dan berkualitas. Pasalnya, jika SDM itu baik maka mereka bisa mengelola sumber daya dengan baik. Sehingga berkeinginan bukan hanya sekadar benda, tetapi juga berkemampuan yang baik.

Comments


bottom of page