Improvement atau Sama

Perempuan itu memang pemalu jika mengenai perasanya. Bagaimana bisa ia menceritakan apa yang ia rasa kepada seseorang yang ia tuju. Alasam yang bagaimana sehingga ia bisa dekat dan salingnmengenal. Hanya perlakun yang napaknya biasa, tetapi sebenarnya langkah itu yang berat dari sebelumnya. Dulu ia hanya bisa diam dan menghindar. Kemudian seiringnia dewasa, ia ingin menjadi lebih berani memperjuangkan. Meski takut salah langkah. Meski takut nantinya ternyata seseorang yg diperjuangkan ternyata bukan jodohnya melainkan orang lain.

Tapi bukankah sesutu itu harus diperjuangkan? Meski ia merasa terlalu jauh. Ia hanya bisa berjalan pelan berperan sebagai teman. Mungkin hanya ia yang merasakan hal spesial. Ia tahu bahwa perasaan memang tak bisa dipaksakan. Kenapa ia harus merasakannya lagi? Kenapa rasa itu hadir lagi bersama kenangan yang muncul ke permukaan?

Tapi ia pun tak bisa berbuat apa-apa tersebab hatinya. Meski kenyatannya ia tahu bahwa orang yang menetap dihatinya menyukai orang lain.

Ia kira perasaannya telah hilang. Namun ia menydari, hilngnya hanya karena ia lupa sesaat karena teralihkan dengan pikiran dan kesibukan lain. Dan ketika pemikirannya tentang orang itu hadir kembali karena melihatnya, ia menjadi teringat kembali akan perasaannya.

Ia takut rasa sukanya akan menyakiti orang itu dan hubungan yang biasa dan baik-baik saja.

Ah.. sudah lama rasanya ia merasakan kegundahan ini. Biasanya ia hanya mengalihkan dan membiarkannya hingga perlahan perasaannya mungkin menghilang. Tapi haruskah seperti itu terus? Ia bertanya.

Selama ini tak ada perlakuan spesial yang ia berikan kepada orang yang ia suka. Ia berusaha biasa saja. Memang harusnya seperti itu. Karena ia tahu, orang yang ia suka belum tentu adalah jodoh. Yang berusaha kini ia lakukan adalah menetralkan hatinya. Meski mungkin perlu proses. Ya, cara seperti itu lagi yang ia pilih.

Begitulah jika perasaannya sedang meletup-letup. Setidaknya setelah menulis, ia bisa terkendali dan waras kembali.