top of page

Berkata, Berbicara.

Salah satu nilai budi yang baik menurut saya adalah menggunakan kata yang baik. Begitulah yang Bapak ajarkan kepada kami, “Berbahasa itu tidak perlu beli, maka gunakan Bahasa yang baik dalam berbicara”.


Sekalipun dalam kondisi marah, tak pernah Bapak memarahi kami dengan Bahasa yang kasar. Ini memang perlu pembiasaan. Ketika perantauan ke Jakarta, Bahasa-bahasa slang banyak ditemukan. Bahkan di lingkungan tempat saya menginap. Meski pada awalnya merasa rishi jika mendengar perkataan kasar – yang meskiun ditujukan bukan untuk diri sendiri – tetapi lama kelamaan karena seringnya mendengar, hal itu menjadi sebuah pemakluman dan biasa. Meski tidak dipraktikkan dan digunakan juga dalam berbicara sehari-hari, tetap saja kepekaan akan rasa itu sedikit mulai memudar.


Ada beberapa orang yang meski sudah berusaha mencoba untuk tidak menggunakan kata-kata kasar, tetapi pada saat marah semua kata—kata itu keluar juga. Tidak hanya di mulut saja, melalui jari-jemari yang dituliskan di media sosial – baik untuk bekomentar ataupun unggahan pribadi sebagai luapan keluh kesah – menjadi hal yang biasa. Karena disana lebih rawan lagi. Peluang bertebarannya kata-kata kasar sangat besar. Karena penggunanya bisa menjadi orang lain tanpa takut dirinya terpublikasi. Sehingga merasa aman dan bebas. Bahkan ada yang sengaja membuat akun palsu hanya untuk sekadar hujatan komentar untuk sesuatu hal yang tidak disukai atau dibencinya.


Tertangkap tulisan dari Hamka dalam bukunya berjudul “Pribadi Hebat”. Dalam tulisannya, Hamka mengutip perkataan dari Bung Hatta, “Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun, tidak jujur, sulit memperbaikinya”.


Sebuah budi itu perlu dipupuk, disiram, dan dirawat dengan cinta.


Allah juga berfirman dalam Al Qur’an Surah An-Nahl ayat 125, yang artinya:


Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Berbicara dengan Bahasa yang baik juga salah satu bagian dari kebijaksanaan dalam berbicara. Mampu menempatkan setiap perkataan di tempat yang tepat, dan mengetahui kapan waktunya kita berbicara dan kapan waktunya kita harus diam – untuk mendengarkan atau untuk mengabaikan.


Bijak berkata-kata berarti mencakup tiga hal, yaitu perasaan yang halus, kefasihan berbicara, dan kekayaan Bahasa. – Hamka.

Comentários


bottom of page